0

PENGEMBANGAN KAWASAN TEPIAN AIR - (WATERFRONT DEVELOPMENT)

Ali Munandarby Ali Munandar / Jumat, 06 Februari 2009 / Posted in : ,



PENGEMBANGAN KAWASAN TEPIAN AIR - (WATERFRONT DEVELOPMENT)
Oleh: Danang Priatmodjo - Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Tarumanagara
PENDAHULUAN
Pengembangan kawasan tepian air (waterfront development) merupakan
trend yang melanda kota-kota besar dunia sejak tahun 80-an, dan tampak
masih akan digemari sampai dasawarsa mendatang. Jenis pengembangan
ini dirintis sejak tahun 60-an oleh kota-kota pantai di Amerika yang
memanfaatkan lahan-lahan kosong bekas pelabuhan lama untuk dikembangkan
menjadi kawasan bisnis, hiburan, serta permukiman. Sukses Amerika
ini segera ditiru oleh kota-kota pelabuhan Eropa dan kemudian menyebar
ke segala penjuru dunia.
Beberapa hal yang menjadi kunci keberhasilan waaterfront development
adalah dibangkitkannya kembali kenangan lama akan kota yang didominasi
oleh kegiatan perairan, kemudahan pencapaian karena lokasinya yang
dekat dengan pusat kota, serta luar lahan yang cukup besar yang ada
pada saat ini sudah sulit ditemukan lagi di dalam kota yang semakin padat.
Dengan latar belakang yang agak berbeda, kecenderungan membangun kawasan
tepian air ini juga telah melanda kota-kota besar di Indonesia, terutama
Jakarta. Keberhasilan reklamasi pada rawa-rawa di pantai utara Jakarta
yang melahirkan sarana rekreasi Ancol telah mendorong pembangunan kawasan
tepian air lainnya seperti Pantai Mutiara dan Pantai Indah Kapuk.
LATAR BELAKANG
Kembali maraknya pembangunan di tepian air merupakan bagian perjalanan sejarah
yang panjang, yang mencatat kaitan antara kota dengan air, yaitu: hubungan
yang erat antara kota dengan air, kecenderungan untuk meninggalkan air,
serta kecenderungan untuk kembali ke air (Mayer dalam Vanreusel, 1990).
a. Hubungan yang erat antara kota dengan air.
Sejarah mencatat bahwa kota-kota lama selalu mempunyai hubungan yang besar,
sebab mengandalkan hubungan dengan kota-kota lain terutama untuk keperluan
perdangan melalui lalu lintas air. Oleh karenanya tidaklah mengherankan
apabila pelabuhan merupakan tempat yang penting pada sebuah kota, sehingga
sentral atau pusat kegiatan kota juga terletak di sekitarnya. Di kawasan
sentral ini terletak bangunan-bangunan umum yang penting, pasar, serta
ruang terbuka kota (plaza/central square).
Kegiatan di perairan dan pelabuhan, seperti hilir mudik kapal-kapal serta
bongkar muat barang, menjadi pemandangan yang menarik bagi warga kota.
Di sekitar pelabuhan selalu dibangun promenade atau esplanade, yaitu
pelataran yang ditinggikan untuk berjalan-jalan sambil melihat-lihat
pemandangan perairan.
b. Kecenderungan untuk meninggalkan air.
Kaitan yang erat antara kota dan air menjadi terganggu sejak industri
berkembang pesat di kota-kota besar dunia, yaitu sekitar pertengahan
abad 19. Volume kegiatan di pelabuhan menjadi berlipat ganda,
gudang-gudang besar bahkan pabrik-pabrik didirikan di sekitar pelabuhan.
Akibatnya pemandangan ke arah perairan menjadi terhalang. Pelabuhan
menjadi tempat yang tidak nyawan dan tidak aman bagi warga kota untuk
berjalan-jalan menikmati pemandangan. Sentra kotapun bergeser menjauhi
perairan.
Kemajuan teknologi melahirkan jenis-jenis kapal baru yang lebih besar
dengan peralatan yang lebih maju dan menuntut fasilitas dermaga serta
galangan kapal yang lebih besar. Untuk memenuhi tuntutan ini kota-kota tua
harus membangun pelabuhan baru, sehingga pelabuhan lamanya kosong dan
ditinggalkan. Kawasan luas yang kosong ini tidak jarang menjadi sarang
kriminalitas. Kecenderungan kota-kota besar untuk membangun jalan raya
bebas hambatan yang dibuat mengelilingi kota (ring road) ikut memperburuk
keadaan, sebab menjadikan kawasan pelabuhan semakin terisolasi
terpisah dari bagian kota lainnya.
c. Kecenderungan untuk kembali mendekati air.
Pertumbuhan kota yang pesat, terutama setelah Perang Dunia II, menyebabkan
banyak kota besar dunia menjadi demikian padat. Lahan di dalam kota menjadi
semakin langka. Kawasan pelabuhan lama yang kebanyakan berupa dok-dok dan
gudang-gudang yang telah ditinggalkan menjadi incaran investor untuk dapat
membangun dalam skala besar. Ukurannya yang luas dan letaknya yang dekat
dengan pusat kota merupakan kelebihan yang menjadikan kawasan ini sangat
potensial untuk dikembangkan sebagai sarana komersial. Hal lain yang
mendorong pengembangan kawasan tepian air adalah munculnya "kerinduan"
kepada suasana kehidupan perairan yang telah lama ditinggalkan.
Amerika merintis pembangunan kawasan eks-pelabuhan dengan proyek "Inner Marbor"
di Baltimore, Maryland pada tahun 60-an dan disusul dengan proyek serupa
di Boston serta kota-kota pelabuhan lainnya. Proyek-proyek ini dianggap
sebagai pelopor waterfront development yang kemudian menggejala di berbagai
belahan dunia sejak tahun 80-an.
PENGERTIAN
Wrenn (1983) mendefinisikan waterfront development sebagai "interface between
land and water". Di sini kata "Interface" mengandung pengertian adanya
kegiatan aktif yang memanfaatkan pertemuan antara daratan dan perairan. Adanya
kegiatan inilah yang membedakannya dengan kawasan lain yang tidak dapat
disebut sebagai waterfront development - meski memiliki unsur air - apabila
unsur airnya dibiarkan pasif. Dengan demikian pengertian waterfront
development dapat dirumuskan sebagai pengolahan kawasan tepian air yaitu
kawasan pertemuan antara daratan dan perairan dengan memberikan muatan
kegiatan aktif pada pertemuan tersebut.
Perairan yang dimaksud bisa berupa unsur air alami (laut, sungai, kanal, danau)
atau unsur air buatan (kolam, danau buatan). Sedangkan muatan kegiatan bisa
berupa aktivitas perairan seperti berperahu (dayung atau layar) atau
aktivitas pantai (pesisir, promenade, atau esplanade) yang memanfaatkan
pemandangan perairan. Pengertian waterforn development telah demikian
berkembang, sehingga mencakup pengembangan kawasan yang sama sekali jauh
dari sumber air alami. Sebagai contoh, dalam rangka Expo '82 di Knoxville,
Tennessee (USA), suatu kawasan bekas stasiun kereta api telah dirombak menjadi
sebuah taman air aktif yang dapat dikategorikan sebagai sebuah waterfront
development.
ASPEK DASAR PERANCANGAN
Dalam perancangan kawasan tepian air, terdapat dua aspek penting yang
mendasari keputusan-keputusan serta solusi rancangan yang dihasilkan. Kedua
aspek tersebut adalah faktor geografis serta konteks perkotaan (Wren,
1983 dan Toree, 1989).
a. Faktor Geografis
Merupakan hal-hal yang menyangkut geografis kawasan dan akan menentukan
jenis serta pola penggunaannya. Termasuk di dalam aspek ini adalah
- Kondisi perairan, yaitu jenis (laut, sungai, dst), dimensi dan
konfigurasi, pasang-surut, serta kualaitas airnya.
- Kondisi lahan, yaitu ukuran, konfigurasi, daya dukung tanah, serta
kepemilikannya.
- Iklim, yaitu menyangkut jenis musim, temperatur, angin, serta curah hujan.
b. Konteks perkotaan (Urban Context)
Merupakan faktor-faktor yang akan memberikan identitas bagi kota yang
bersangkutan serta menentukan hubungan antara kawasan waterfront yang
dikembangkan dengan bagian kota yang terkait. Termasuk dalam aspek ini
adalah:
- Pemakai, yaitu mereka yang tinggal, bekerja atau berwisata di kawasan
waterfront, atau sekedar merasa "memiliki" kawasan tersebut sebagai
sarana publik.
- Khasanah sejarah dan budaya, yaitu situs atau bangunan bersejarah yang
perlu ditentukan arah pengembangannya (misalnya restorasi, renovasi atau
penggunaan adaptif) serta bagian tradisi yang perlu dilestarikan.
- Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta
pengaturan sirkulasi didalamnya.
- Karakter visual, yaitu hal-hal yang akan memberi ciri yang membedakan
satu kawasan waterfront dengan lainnya. Ciri ini dapat dibentuk dengan
material, vegetasi, atau kegiatanl yang khas, seperti "Festival Market
Place" (ruang terbuka yang dikelilingi oleh kegiatan pertokoan dan
hiburan). Konsep festival ini pertama kali dibangun di proyek
Faneuil Hall, Boston, dan diilhami oleh dua jembatan toko kuno di
Italia, yaitu Ponte Vecchio di Firenze dan Ponte Riaalto di Venezia.
ELEMEN PERANCANGAN
Dalam mengolah kawasan tepian air, beberapa elemen dapat diberikan penekanan
dengan memberikan solusi disain yang spesifik, yang membedakan dengan olahan
kawasan lainnya atau yang dapat memberikan kesan mendalam sehingga selalu
dikenang oleh pengungjungnya. Di antara elemen-elemen penting dalam
waterfront development adalah:
a. Pesisir
Kawasan tanah atau pesisir yang landai/datar dan langsung bertasan dengan
air. Merupakan tempat berjemur atau duduk-duduk dibawah keteduhan pohon
(kelapa atau jenis pohon pantai lainnya) sambil menikmati pemandangan
perairan.
b. Promenade/Esplanade
Perkerasan di Kawasan tepian air untuk berjalan-jalan atau berkendara
(sepeda atau kendaraan tidak bermotor lainnya) sambil menikmati pemandangan
perairan. Bila permukaan perkerasan hanya sedikit di atas permukaan air
disebut promenade, sedangkan perkerasan yang diangkat jauh lebih tinggi
dari permukaan (sperti balkon) disebut esplanade. Pada beberapa tempat dari
promenade dapat dibuat tangga turun ke air, yang disebut "tangga pemandian"
(baptismal steps).
c. Dermaga
Tempat bersandar kapal/perahu yang sekaligus berfungsi sebagai jalan di atas
air untuk menghubungkan daratan dengan kapal atau perahu. Pada masa kini
dermaga dapat diolah sebagai elemen arsitektural dalam penataan kawasan
tepian air, dan diperluas fungsinya antara lain sebagai tempat berjemur.
d. Jembatan
Penghubung antara dua bagian daratan yang terpotong oleh sungai atau kanal.
Jembatan adalah elemen yang sangat populer guna mengekspresikan misi
arsitektural tertentu, misalnya tradisional atau hightech, sehingga sering
tampil sebagai sebuah scuilpture. Banyak jembatan yang kemudian menjadi
Lengaran (landmark) bagi kawasannya, misalnya Golden Gate di San Francisco
atau Tower Bridge di London.
e. Pulau buatan/bangunan air
Bangunan atau pulau yang dibuat/dibangun di atas air di sekitar daratan,
untuk menguatkan kehadiran unsur air di kawasan tersebut. Bangunan atau
pulau ini bisa terpisah sama sekali dari daarata, bisa juga dihubungkan
dengan jembatan yang merupakan satu kesatuan perancangan.
f. Ruang terbuka (urban space)
Berupa taman atau plaza yang dirangkaikan dalam satu jalinan ruang dengan
kawasan tepian air. Contoh klasik dari rangkaian urbaan space di kawasan
tepian air adalah Piazza de La Signoria yang dihubungkan dengan
Ponte Veccnio, di Firenze, serta Piazza San MMarco dengan Grand Canal,
di Venezia.
g. Aktivitas
Guna mendukung penataan fisik yang ada, perlu dirancang kegiatan untuk
meramaikan atau memberi ciri khas pada kawasan pertemuan antara daratan dan
perairan. "Floating market" misalnya, adalah kegiatan tradisional yang dapat
ditampilkan untuk menambah daya taarik suatu kawasan waterfront, sedang
festival market place adalah contoh paduan aktivitas (hiburan dan
perbelanjaan) dengan tata ruang waterfront (plaza atau urban space).
Selain itu juga terdapat jenis kegiatan yang bisa ditampilkan secara
berkala, misalnya festival perahu/gondola atau layang-layang.
FUNGSI
Mengingat bahwa salah satu sebab maraknya pembangunan di kawasna tepian air
disebabkan oleh langkahnya lahan perkotaan, maka fungsi-fungsi yang diberikan
pada proyek-proyek waterfront juga mencerminkan kebutuhan perkotaan pada
masa kini. Meski bisa dibedakan adanya berbagaai fungsi, namun pada suatu
kawasan tepian air bisa dihadirkan beberapa fungsi sekaligus. Sedangkan
fungsi-fungsi dimaksud antara lain adalah:
a. Hunian
Salah satu kelebihan hunian di kawasan tepian air adalah dimungkinkannya
untuk menambatkan kapal-kapal pribadi (boat/yacht) di sekitar rumah.
Bentuk hunian dapat berupa rumah-rumah tunggal atau berupa kondominium.
Jenis waterfront housing ini diperkenalkan di Port Grimaud, Prancis
(1966), kemudian di contoh diberbagai tempat, antara lain Port Louis,
Lousiana AS (1986) dan Pantai Mutiara, Jakarta (1987). Keberhasilan
proyek perumahan tepi air Pantai Mutiara telah mendorong pengembangan
proyek serupa di Pantai Indah Kaapuk dan perluasan Ancol.
b. Bisnis
Pembangunan kawasan bisnis berskala besar di kawasan tepian air, dipelopori
oleh proyek Battery City Park di New York, telah melambungkan citra
waterfront development sebagai urban project yaang menggejala di kota-kota
besar dunia sejak awal tahun 80-an. Menara-menara kantor dan hotel merupakan
unsur yang dominan dalam membentuk wajah kawasan tepian air. Wajah seperti
inilah yang kemudian bisa disaksikan antara lain di Canary Wharf - salah
satu bagian kawasan London Docklands atau CBD (Central Business District)
di kawasan Olympic Village, Barcelona. Sedangkan yang masih dalam tahap
konstruksi adalah kompleks Watertad di Rotterdam serta Dowtown Core
Portview di Marina Bay, Singapura.
c. Komersial dan hiburan
Sejak akhir tahun 60-an kawasan bekas pelabuhan lama di kota-kota pantai
Amerika telah berhasil dikembangkan menjadi sarana komersial dan hiburan/
rekreasi. Bekas bangunan dermaga atau gudang dimanfaatkan menjadi
pusat-pusat perbelanjaan. selain itu juga dibuat ruang terbuka (Plaza)
yang secara berkala diisi dengan kegiatan pertunjukan atau keramaian
lainnya. Solusi gaya Amerika ini banyak mewarnai penataan kawasan
tepian air kota-kota besar lain diseluruh dunia.
KESIMPULAN
Mengingat perkembangan yang terjadi di dunia internasional saat ini, serta
kecenderungan yang ada di Indonesia sendiri (antara lain dengan proyek
Ancol, Pantai Mutiaraa, dan Pantai Indah Kapuk), maka terlihat bahwa
pengembangan kawasan tepian air masih menunjukkan prospek yang cuukup cerah.
Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal penting yang berkaitan dengan pembangunan
di kawasan tepian air, yaitu:
a. Keseimbangan Lingkungan
Berhubungan kawasan peraian mempunyai kondisi alamiah beserta ekosistemnya
yang spesifik, maka perlu dijaga agar faktor-faktor lingkungan ini dijaga
keseimbangannya. Perlu dibuatkan prasarana untuk mencegah erosi pantai,
serta perlu diadakan pengaturan sirkulasi air untuk mencegah terjadinya
banjir di areal yang dibangun atau kawasan sekitarnya. Habitat setempat
seperti jenis-jenis burung adan ikan perlu mendapatkan perhatian agar
tidak mengalami kepunahan.
b. Konteks perkotaan
Sebagai perantara antara periaran dan daratan, kawasan waaterfront perlu
menempaatkan diri sebagai bagian dari kota induknya, antara lain melalui
pencapaian yang mudah dan jelas serta struktur lingkungan (pola jalan,
susunan massa, dsb.) yang menghargai struktur bagian kota yang berdekatan.
Selain itu juga perlu mempertahankan ciri kota yang bersangkutan, melalui
pelestarian potensi budaya yang ada serta pelestarian bangunan yang bernilai
sejarah atau bernilai arsitektur tinggi.
c. Rencana induk pengembangan
Salah satu faktor penentu keberhasilan penataaan kawasan tepian air adalah
adanya rencana induk pengembangan kawasan tersebut. Adanya rencana induk ini
juga mempermudah usaha untuk menjaga keseimbangan lingkungan serta menjaga
keserasian dengan konteks kota yang ada. Dalam kasus pantai Jakarta,
terlihat tidak adanya rencana induk pengembangan kawasan pantai secara
terpadu dan menyeluruh. Masing-masing proyek (Ancol, Pantai Mutiara,
Pantai Indah Kapuk) membuat rencana pengembangan sendiri. Hal ini
berakibat sulitnya melakukan pengendalian terhadap adanya kemungkinan
dampak lingkungan yang disebabkan oleh adanya pola akses yang jelas
dari kota menuju ketiga proyek di atas. Contoh kasus Jakarta ini
menunjukkan betapa pentingnya sebuah rencana induk pengembangan yang
menyeluruh.
--------------
DAFTAR PUSTAKA
Al Naib, S.K.,
1991, London Dockland, Paast, present and future, Polytechnic of East London,
London.
Cutler, Laurance Stephans & Sherris Stephans Cutler,
1983, Recycling Cities for People - The Urban Design Process, Van
Nostrand Reinhold, New York.
Meyer, Han
1990, "Waterfront Renewal, an international Phonomonon" dalam Jef Vanreusel
(ed.), Antwerp - Reshaping a City, Blonde Artprinting International, s.l.
Priatmodjo, Danang,
1993, Urban Waterfront Development, Case Studies of Barcelona and Jakarta,
tesis-master KUL, Leuven
Torre, L. Azeo
1989, Waterfront Development, Van Nostrad Reinhold, New York
Wrenn, Douglas M.,
1983, Urban Waterfront Development, Urban Land Institute, Washington DC
*************************************************************************
Sekretariat Ikatan Arsitek Indonesia cabang Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Jakarta Design Center, lantai 6, Jalan Gatot Subroto no 53, Jakarta 10260
Telepon: 62-21-5495130 ext. 111 - Fax: 62-21-5304711 - BBS: 62-21-7512110




Advertise here: buy a permalink on this post

Ali Munandar Ali Munandar is an indonesian programmer, blogger, Windows user, founder of speechyourm1nd.blogspot.com. He lives in Bandung, Indonesia. Follow Ocim on Twitter or take a look at his Facebook Profile.
Related Contents Sponsors

Posted by ali in Speechyourm1nd , at Jumat, 06 Februari 2009

Tags: ,

comments

Leave a comment then Subscribe via the feed or via email.

L

Sponsored

Blog Archive

happy readers. Subscribe

Facebook Contact Us Twitter Delicious