0

LAPORAN AKHIR PRATIKUM KONSERVASI TANAH & AIR

Ali Munandarby Ali Munandar / Jumat, 06 Februari 2009 / Posted in : ,




LAPORAN AKHIR PRATIKUM
KONSERVASI TANAH & AIR













Disusun Oleh :


PRIMA WAHYUDI
NIM : (0506111298)



Program Studi : Ilmu Tanah
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
2007
A. PENDAHULUAN
Faktor yang sangat penting bagi manusia maupun makhluk lainnya salah satunya adalah tanah. Ia terbentuk dan berkembang sebagai akibat gaya-gaya alam (natural forces) terhadap bahan-bahan alam dipermukaan bumi. Tanah dapat diartikan sebagai wilayah daratan dimana diatasnya terdapat berbagai macam makhluk lainnya.
Tanah juga dapat dianggap sebagai suatu sistem kehidupan yang terdiri dari banyak makhluk individu yang bernapas (yaitu menghisap O2 & mengeluarkan CO2), mencerna nutrient yang tersedia seperti glukosa, melepaskan ammonia dari asam-asam amino dan fosfat dari asam nukleat, berespon terhadap racun metabolik seperti sianida atau azida, dan melepaskan panas selama dekomposisi bahan organik berlangsung.
Pada saat ini banyak dijumpai tanah-tanah yang rusak, itu disebabkan kurangnya usaha manusia untuk melakukan pengawetan pada suatu tanah tersebut. Kerusakan tanah tersebut dapat terjadi dikarenakan kehilangan unsur-unsur hara dan bahan organik tanah dimintakat perakaran tanah, pelonggokan senyawa beracun atau garam (salinisasi), penjenuhan tanah oleh air (waterlogging), dan erosi atau pengikisan lapisan tanah.
Disini kita dapat melihat Kriteria Penilaian Lahan Kritis :
Parameter Potensial Kritis Semikritis Kritis Sangat Kritis
Penutupan Vegetasi > 75% 50-75 % 25-50% <25 %
Tingkat Torehan Agak tertoreh s/d cukup tertoreh Cukup tertoreh s/d sangat tertoreh Sangat tertoreh s/d sangat tertoreh sekali Sangat tertoreh sekali
Penggunaan Lahan/Vegetasi Hutan, kebun campuran Pertanian lahan kering, semak belukar, perkebunan Pertanian lahan kering, semak belukar, rumput Gundul, rumput, alang-alang
Kedalaman Tanah Dalam
(> 100 cm) Sedang
(60-100 cm) Dangkal
(30-60 cm) Sangat dangkal
(< 30 cm)
Kerusakan dari tanah-tanah tersebut dikarenakan kurangnya atau belum maksimalnya usaha manusia untuk melakukan usaha pengawetan tanah. Pengawetan itu sendiri berarti menggunakan suatu bidang tanah sesuai dengan kemampuan tanah tersebut serta memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan.
Pengawetan tanah tidaklah berarti penundaan penggunaan tanah, tetapi penyesuaian penggunaanya sesuai dengan sifat-sifat tanah dan dapat memberikan perlakuan sesuai syarat-syarat yang ditentukan. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi keadaan tata air ditempat tersebut dan juga dihilirnya.Dengan demikian, pengawetan tanah & air merupakan dua hal yang sangat berhubungan erat. Kita ketahui selama ini, fungsi dari tanah tersebut yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tanaman/tumbuhan, sebagai tempat penjangkaran perakaran tanaman, serta sebagai tempat kehidupan mikro-mikro organisme tanah.
Dalam laporan ini kita akan membahas tentang apa itu Erosi?? Erosi tersebut dapat kita artikan sebagai peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ketempat lain oleh media alami. Media alami yang umumnya melakukan pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut adalah air, angin, dan es. Erosi juga dapat terjadi dikarenakan oleh aktivitas manusia.
Penyebab alami erosi antara lain adalah karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal. Erosi yang disebabkan oleh aktivitas manusia umumnya disebabkan oleh adanya penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan. Di daerah beriklim basah seperti di Indonesia, erosi lebih disebabkan oleh air, sedangkan erosi oleh angin tidaklah berarti.
Erosi sangat berdampak langsung terhadap kondisi suatu tanah, antara lain dengan menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran.


Maka dari itu semualah kita perlu mempelajari Konservasi tanah dan Air, yang mana konservasi tersebut diartikan sebagai penggunaan setiap bidang tanah sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukan tanah tersebut sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi ini bertujuan antara lain sbb :
 Mencegah terjadinya kerusakan tanah oleh erosi dan akumulasi limbah dan zat beracun.
 Memperbaiki tanah-tanah yang telah rusak.
 Menetapkan kelas kemampuan lahan dan tindakan-tindakan atau perlakuan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat dipergunakan dalam waktu yang tak terbatas.
 Memelihara serta meningkatkan produktifitas tanah agar dapat dipergunakan secara berkesinambungan atau berkelanjutan (sustainable).
A. Bentuk-bentuk Erosi
Menurut terbentuknya, erosi dapat dibedakan menjadi :
1. Erosi Lembar
Erosi lembar (sheet erosion) adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah. Kekuatan jatuh butir-butir hujan dan aliran air dipermukaan tanah merupakan penyebab utama erosi ini. Erosi lembar disebut juga dengan erosi antar alur atau interril erosion.
2. Erosi Alur
Erosi alur (riil erosion) terjadi karena air limpasan terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu dipermukaan tanah sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat aliran air tersebut. Erosi alur biasanya terjadi pada tanah-tanah yang ditanami dengan tanaman berbaris menurut lereng atau akibat pengolahan tanah menurut lereng atau bekas tempat menarik balok-balok kayu.
3. Erosi Parit
Proses terjadinya erosi parit (gully erosion) sama dengan erosi alur, tetapi saluran-saluran yang terbentuk sudah demikian dalamnya sehinnga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Erosi parit yang baru terbentuk berukuran sekitar 40 cm lebarnya dengan kedalaman sekitar 25 cm. Erosi yang lebih lanjut dapat mencapai 30 cm dalamnya. Erosi parit dapat berbentuk V atau U tergantung dari kepekaan tanah terhadap erosi.
Tanah-tanah yang telah mengalmi erosi parit sangat sulit untuk dijadikan lahan pertanian. Erosi parit (gully erosion) juga dikenal dengan nama ravine.
4. Erosi Tebing Sungai
Erosi tebing sungai terjadi akibat pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus air yang kuat pada kelokan sungai. Erosi tebing akan hebat terjadi jika vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan pengolahan tanah terlalu dekat tebing.

5. Longsor
Longsor (landslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang besar. Longsor akan tejadi jika terpenuhi tiga keadaan yaitu : (a) lereng yang cukup curam sehingga volume tanah dapat bergerak atau meluncur kebawah, (b) terdapat lapisan agak kedap air di bawah permukaan tanah dan lunak yang akan merupakan bidang luncur, dan (c) terdapat cukup air dalam tanah sehingga lapisan tanah di atas lapisan kedap air tersebut jenuh dan memiliki bobot yang besar.
6. Erosi Internal
Erosi intenal adalah terangkutnya butir-butir primer tanah ke lapisan bawah masuk ke dalam celah-celah atau pori-pori tanah sehingga tanah menjadi kedap air dan udara. Erosi internal jga disebut dengan erosi vertical.
7. Erosi Terowongan (Piping)
Pada erosi terowongan tanah terangkut ke bagian bawah dan terbentuk semacam pipa atau terowongan yang memanjang dari permukaan kelapisan bawah tanah.
8. Erosi Lapik (Pedestal)
Erosi lapik terjadi disekitar pohon atau batuan oleh karena tanah disekitar pangkal pohon atau batu tererosi oleh percikan butir-butir hujan dan terangkut oleh aliran permukaan, sedangkan tanah yang berada dekat pada akar atau di bawah batu terlindung dari percikan dan tidak tererosi.
9. Erosi Mercu (Pinnacle)
Erosi mercu terbentuk seperti tonggak-tonggak terbuat dari tanah. Tonggak-tonggak tanah tersebut merupakan bagian tanah yang resisten terhadap erosi atau yang tertutup oleh batu ataupun kerikil. Erosi lapik umumnya terjadi pada tanah-tanah yang mengandung natrium berlebihan dan dalam keadaan terdeflokulasi.
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Erosi Antara Lain :
Baver (1959) mengatakan bahwa secara umum erosi dipengaruhi oleh iklim, tanah (C), topografi (S), vegetasi (V) dan manusia (H) yang dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
E = f (C, S, T, V, H)
Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang dapat dikendalikan manusia dan faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia. Faktor yang dapat dikendalikan oleh manusia adalah tanaman sedangkan iklim dan topografi secara langsung tidak dapat dikendalikan oleh manusia dan untuk tanah dapat dikendalikan secara tidak langsung dengan pengolahan tertentu (Hakim dkk., 1986).
1. Iklim
Pada daerah tropis faktor iklim yang paling besar pengaruhnya terhadap laju erosi adalah hujan. Jumlah dan intensitas hujan di Indonesia umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan negara beriklim sedang. Besarnya curah hujan menentukan kekuatan dispersi, daya pengangkutan dan kerusakan terhadap tanah (Arsyad, 1989). Intensitas dan besarnya curah hujan menentukan kekuatan dispersi terhadap tanah. Jumlah curah hujan rata-rata yang tinggi tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya rendah, demikian pula intensitas hujan yang tinggi tidak akan menyebabkan erosi bila terjadi dalam waktu yang singkat karena tidak tersedianya air dalam jumlah besar untuk menghanyutkan tanah. Sebaliknya jika jumlah dan intensitasnya tinggi akan mengakibatkan erosi yang besar (Baver, 1959).
2. Tanah
Tanah merupakan faktor penting yang menentukan besarnya erosi yang terjadi. Faktor-faktor tanah yang berpengaruh antara lain adalah (1) ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar baik oleh pukulan air hujan maupun limpasan permukaan, dan (2) kemampuan tanah untuk menyerap air hujan melalui perkolasi dan infiltrasi (Utomo, 1989).
Kepekaan atau ketahanan tanah terhadap erosi berbeda-beda sesuai dengan sifat fisik dan kimia tanah. Perbedaan ketahanan ini umumnya dinyatakan dalam nilai erodibilitas tanah. Semakin tinggi nilai erodibilitas tanah maka semakin mudah tanah tersebut tererosi. Secara umum tanah dengan debu yang tinggi, liat yang rendah dan kandungan bahan organik sedikit mempunyai kepekaan erosi yang tinggi (Suwanto, 1984).
Menurut Utomo (1989) nilai erodibilitas suatu tanah ditentukan oleh ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar dan kemampuan tanah menyerap air (infiltrasi dan perkolasi). Ketahanan tanah menentukan mudah tidaknya massa tanah dihancurkan, sedangkan infiltrasi dan perkolasi mempengaruhi volume limpasan permukaan yang mengikis dan mengangkut hancuran masa tanah.
Sifat-sifat tanah yang penting pengaruhnya terhadap erosi adalah kemampuannya untuk menginfiltrasikan air hujan yang jatuh serta ketahanannya terhadap pengaruh pukulan butir-butir hujan dan aliran permukaan. Tanah dengan agregat yang stabil akan lebih tahan terhadap pukulan air hujan dan bahaya erosi. Kapasitas infiltrasi tanah sangat dinamis, dapat berubah atau diubah oleh waktu atau pengolahan tanah (Utomo, 1989).
Menurut Arsyad (1986) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, dan sifat lapisan bawah tanah. Tanah dengan kandungan liat yang tinggi sukar tererosi, karena liat memiliki kemampuan memantapkan agregat tanah.
Struktur tanah mempengaruhi besarnya erosi, tanah-tanah yang berstruktur granuler lebih terbuka dan akan menyerap air lebih cepat daripada tanah yang berstruktur masif. Demikian pula peranan bahan organik penting terhadap stabilitas struktur tanah, karena bahan organik tanah berfungsi memperbaiki kemantapan agregat tanah, memperbaiki struktur tanah dan menaikkan daya pegang air tanah. Sifat lapisan bawah tanah yang menentukan kepekaan erosi adalah permeabilitas (Syarief, 1986).

3. Topografi
Topografi diartikan sebagai tinggi rendahnya permukaan bumi yang menyebabkan terjadi perbedaan lereng. Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi (Arsyad, 1989). Menurut Baver (1959) erosi akan meningkat dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan tinggi, tetapi erosi akan menurun dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan yang rendah. Unsur lain yang berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng.
Bentuk lereng juga berpengaruh terhadap erosi (Ramos, 2000). Bentuk lereng dibedakan atas lereng lurus, lereng cembung, lereng cekung dan lereng kompleks. Lereng lurus dicirikan oleh kemiringan yang seragam pada seluruh bagian lereng. Lereng cembung semakin curam ke arah lereng bawah, sedangkan lereng cekung semakin landai ke arah lereng bawah. Lereng yang cembung umumnya tererosi lebih besar daripada lereng cekung.
Perbedaan aspek lereng menimbulkan perbedaan besarnya erosi yang terjadi karena perbedaan penyinaran matahari dan kelembaban. Untuk daerah tropis, aspek lereng tidak terlalu menyebabkan perbedaan erosi yang besar karena matahari berada hampir tegak lurus dari permukaan (Kurnia, 1985).
4. Vegetasi
Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: (a) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman (b) mempengaruhi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air; (c) pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap porositas tanah; (d) transpirasi yang mengakibatkan keringnya tanah (Arsyad, 1983).
Hutan atau padang rumput yang tebal merupakan pelindung tanah yang efektif terhadap bahaya erosi. Tanaman yang tinggi biasanya menyebabkan erosi yang lebih besar dibandingkan tanaman yang rendah, karena air yang tertahan oleh tanaman masih dapat merusak tanah pada saat jatuh di permukaan tanah. Selain mengurangi pukulan butir-butir air hujan pada tanah, tanaman juga berpengaruh dalam menurunkan kecepatan aliran permukaan dan mengurangi kandungan air tanah melalui transpirasi (Rachman, 1991).
5. Manusia
Pembuatan teras, penanaman secara berjalur, penanaman atau pengolahan tanah menurut kontur, perlindungan tanah dengan mulsa adalah kegiatan manusia yang dapat menurunkan erosi. Di lain pihak, penanaman searah lereng, perladangan dan penggunaan lahan tanpa memperhatikan kaidah konservasi akan meningkatkan bahaya erosi (Arsyad, 1983). Pengolahan tanah menurut kontur secara umum mengurangi erosi secara efektif terutama bila terjadi hujan lebat dengan intensitas sedang sampai rendah.
B. TUJUAN
1. Mengetahui besarnya erosi
2. Mengetahui besarnya kecepatan Inviltrasi
3. Mengetahui kadar air tanah
C. ALAT
1. Rol dan Meteran
2. Ember
3. Ring Sampel
4. Ring Inviltrasi dengan ukuran : Tinggi = ±30-60cm & Diameter =30cm
D. CARA KERJA
1. Bersihkan tanah terlebih dahulu dari rerumputan. Kemudian letakkkan ring inviltrasi (ring besar) secara datar dan kemudian pukul sampai ring tersebut masuk kedalam tanah sedalam 10 cm.
2. Masukkan air secara bersamaan sampai ketinggian 10 cm.
3. Masukkan penggaris/mistar kedalam ring besar tersebut untuk mengukur lajunya erosi yang terjadi.
4. Catat berapa laju penurunan air dalam ring inviltrasi tersebut.



E. HASIL dan PEMBAHASAN
• HASIL
Data Erosi Kelompok I dengan kemiringan 7 %
a. Erosi Tanah & Air
Pengamatan Jumlah Air
(ml) Jumlah Tanah Ter-erosi (gram)
I 1500 187.6
II 1200 170.3
III 950 120.8
IV 1100 160.3
V 800 105.3
VI 1300 178.6
VII 900 113.7
VIII 950 118.2
IX 1100 153.4
X 800 98.7

b. Data Pengambilan Sample Tanah
Ring Berat Basah (BB) Berat Kering (BK)
I 117.7 gr 74.3 gr
II 124.3 gr 81.3 gr
Iii 144.3 gr 92.2 gr
NB : Berat ring 90 gram (BB/BK sudah dikurangi berat ring)

c. Kecepatan Inviltrasi
Waktu pengamatan per-5 menit dengan kecepatan 56.4 cm/jam
No Data Menit ke- Tinggi Air1
(cm) Tinggi Air2
(cm)
I 0 0 0
II 5 4.7 4.7
III 10 8 3.3
IV 15 11.1 2.9
V 20 13.6 2.5
VI 25 16 2.4
VII 30 18.4 2.4

Data Erosi Kelompok II Dengan Kemiringan 9 %
a. Erosi Tanah & Air
Pengamatan Jumlah Air
(ml) Jumlah Tanah Ter-erosi (gram)
I 1700 192.4
II 1500 186.5
III 1050 158.6
IV 800 120.3
V 700 106.4
VI 1100 164.2
VII 850 122.3
VIII 900 128.4

b. Data Pengambilan Sample Tanah
Ring Berat Basah (BB) Berat Kering (BK) Berat Ring (gr)
I 215.3 gr 174.1 gr 90
II 209.6 gr 169.7 gr 90
III 227.6 gr 184.1 gr 90

c. Kecepatan Inviltrasi
No Data Menit ke- Tinggi Air1
(cm) Tinggi Air2
(cm)
I 0 2 0
II 3 5 3
III 6 7.5 2.5
IV 9 9.9 2.4
V 12 11.9 2
VI 15 14.0 2.1
VII 18 16.0 2
VIII 21 17.9 1.9
IX 24 19.6 1.7
X 27 21.2 1.6
XI 30 22.5 1.3

• PEMBAHASAN
Kelompok I dengan Kemiringan 7 %
1. Kerapatan Isi Tanah
Kerapatan = Berat tanah kering Oven

Volume ring
Ring I = 74.3/90 gr
= 0.825 gr
Ring II = 81.3/90
= 0.903 gr
Ring III = 92.2/90
= 1.024 gr



2. % Ruang Pori Tanah
% Ruang Pori = Kerapatan isi x 100 %
Kerapatan Zarah
Kerapatan Zarah = 2.65 gr/cm3

Ring I = 0.825 x 100 %
2.65
= 31.13
Ring II = 0.903 x 100 %
2.65
= 239.29
Ring III = 1.024 x 100 %
2.65
= 38.64
3. Kadar Air
Kadar Air = Berat Tanah Basah – Berat Tanah Kering Oven x 100 %
Berat Tanah kering Oven
Ring I = 117.7 – 74.3 x 100 %
74.3
= 58.41 gr
Ring II = 124.3 – 81.3 x 100 %
81.3
= 52.89 gr
Ring III = 144.3 – 92.2 x 100 %
92.2
= 56.56 gr


Kelompok II dengan Kemiringan 9 %
1. Kerapatan Isi Tanah
Kerapatan = Berat tanah kering Oven

Volume ring
Ring I = 174.1/90
= 1.934 gr
Ring II = 169.7/90
= 1.885 gr
Ring III = 184.1/90
= 2.04 gr
2. % Ruang Pori Tanah
% Ruang Pori = Kerapatan isi x 100 %
Kerapatan Zarah
= 1.934 x 100 %
2.65
= 72.98
3. Kadar Air
Kadar Air = Berat Tanah Basah – Berat Tanah Kering Oven x 100 %
Berat Tanah kering Oven
Ring I = 215.3 – 174.1 x 100 %
174.1
= 23.66 gr
Ring II = 209.6 – 169.7 x 100 %
169.7
= 23.51 gr
Ring III = 227.6 – 184.1 x 100 %
184.1
= 23.62 gr

V II.KESIMPULAN

 Fungsi dari tanah yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tanaman/tumbuhan, sebagai tempat penjangkaran perakaran tanaman, serta sebagai tempat kehidupan mikro-mikro organisme tanah.
 Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ketempat lain oleh media alami.
 Media alami dari peristiwa erosi yaitu air,angin, dan es.
 Penyebab alami erosi antara lain adalah karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal.
 Konservasi Tanah bertujuan :
1. Mencegah terjadinya kerusakan tanah oleh erosi dan akumulasi limbah dan zat beracun.
2. Memperbaiki tanah-tanah yang telah rusak.
3. Menetapkan kelas kemampuan lahan dan tindakan-tindakan atau perlakuan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat dipergunakan dalam waktu yang tak terbatas.
4. Memelihara serta meningkatkan produktifitas tanah agar dapat dipergunakan secara berkesinambungan atau berkelanjutan (sustainable).
 Menurut terbentuknya, erosi dapat dibedakan menjadi :
1. Erosi Lembar
2. Erosi Alur
3. Erosi Parit
4. Erosi Tebing Sungai
5. Longsor
6. Erosi Internal
7. Erosi Terowongan (Piping)
8. Erosi Lapik(Pedestal)
9. Erosi Mercu (Pinnacle)
DAFTAR PUSTAKA

Wardati, Rosmimi, Nelvia. 1998. Penuntun Pratikum Dasar-dasar Ilmu Tanah. Laboratorium Ilmu Tanah Faperta Unri.
Abdul-Rauf. 2005. Teknik konservasi Tanah & Air. Fakultas Pertanian USU Medan.
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah & Air. Penerbit IPB Bogor.
Kartasaputra G, dkk. 1987. Teknologi Konservasi Tanah & Air. Bina Aksara Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo Jakarta.
Ramdon Bermanakusumah, (1978), Erosi Penyebab & Pengendaliannya Faperta Unv. Padjadjaran, Bandung.


Advertise here: buy a permalink on this post

Ali Munandar Ali Munandar is an indonesian programmer, blogger, Windows user, founder of speechyourm1nd.blogspot.com. He lives in Bandung, Indonesia. Follow Ocim on Twitter or take a look at his Facebook Profile.
Related Contents Sponsors

Posted by ali in Speechyourm1nd , at Jumat, 06 Februari 2009

Tags: ,

comments

Leave a comment then Subscribe via the feed or via email.

L

Sponsored

Blog Archive

happy readers. Subscribe

Facebook Contact Us Twitter Delicious